Kamis, 23 April 2009

KEMUNING

Panas begitu menyengat ditengah tanah lapang yang mulai kering rerumputannya, tapi sesosok gadis terus berjalan menyusuri tanah yang mulai gundul itu, terlihat sesekali dia menyapu keringat yang sedari tadi selalu mengalir turun seolah mengelitik kulit mukanya.

wajahnya begitu tampak lelah, selelah kakinya yang sudah berjalan hampir delapan kilometer tanpa henti, Tak disangkanya dia akan berada di tempat yang teramat asing bagi dirinya, berada ditengah-tengah padang rumput yang begitu jauh dari pemukiman penduduk, karena begitulah adanya suasana di kota banyuwangi, hanya sebuah harapan yang begitu kuatnya untuk segera lari dan terus berlari meninggalkan lelaki yang telah benar-benar dia benci saat ini.

Beberapa hari ini hidup Diah sudah berubah, masa depannya sudah hancur terenggut Artha, lelaki yang telah tiga bulan mengisi hatinya. namun tak pernah disangkanya ternyata artha begitu Bejat dan kejam, dia hanya menginginkan nafsu daripada cinta seperti yang dia agungkan pada saat awal pertemuan mereka, begitu pintarnya dia mengelabuhi dirinya dan juga orang tuanya. dia begitu manis, pintar, dan sangat sopan juga alim. begitu berbeda sifatnya saat diberada di gubug peristirahatannya, yang hanya berupa rumah kecil dibanyuwangi. namun bagai neraka baginya.

kakinya sudah sangat pegal untuk meneruskan langkah, dilihatnya kebun semangka yang buahnya sudah lumayan besar, dan mungkin ada yang sudah mulai memerah, akhirnya dia memutuskan untuk istirahat di bawah pohon akasia yang berdiri kokoh dipinggir jalan. diluruskannya kedua kakinya hingga menyentuh parit kecil yang mengalirkan air untuk irigasi.
sesekali dia menoleh kekiri dan kekanan untuk melihat situasi, setelah berpikir masak dan dirasanya cukup aman dia kembali melangkah mengelilingi kebun semangka itu, tampaknya devi fortuna telah memihak dirinya, belum juga jauh melangkah dilihatnya buah semangka yang cukup besar dan dia rasa sudah cukup matang. dia kembali menoleh kekiri dan kekanan untuk kembali melihat situasi lagi, kali ini dia ingin memastikan benar-benar sepi daerah itu, dan rupanya memang cukup sepi juga, dengan sigap dia meloncat diatas guludan dan memetik buah semangka yang benar-benar telah menjadi magnet yang tak kuasa dia tolak untuk tidakmengambilnya, karena perutnya sudah mulai keroncongan minta diisi.

setelah mendapat buah semangka itu, dia segera keluar dari kebun dan memasukkan semangka kedalam bajunya, dia berpikir, bila ada yang memergokinya dia akan bilang kalau dirinya sedang hamil. Namun tidak juga dia bertemu dengan orang walau sudah melangkah jauh meninggalkan kebun itu.

dilihatnya ada gubuk kecil yang tidak berpenghuni, mungkin orang-orangnya sudah pulang, karena waktu sudah sore, Adzan ashar pun sudah dari tadi menggema. diberanikannya masuk kedalam pondok dan tanpa membuang waktu dia duduk sambil menghadap ke jalan, dikeluarkannya semangka yang ada dibalik bajunya. dan memulai makan dengan rakusnya, lalu disisakan setengah buahnya untuk bekal diperjalanan,.

dia berjalan terus dan berharap bisa menemukan jalan pulang ke surabaya, namun tdak juga dilihatnya jalan besar, disepanjang perjalanan hanya dilihatnya sawah, ladang dan perkampungan kecil-kecil, dia juga tidak tahu dimana dia berada, yang dia tahu, dia berada di banyuwangi.

Dalam hati kecilnya, dia ingin sekali menghubungi orang tuanya dan memberitahukan keadaanya saat ini, namun dia merasa bersalah kepada keluarganya, dia hanya mau menuruti egonya dan pergi dengan Artha walaupun keluarganya sudah melarang, ditepisnya jauh2 pikiran itu. dia bimbang untuk kembali pulang, namun dia telah berpamitan kepada orang tuanya untuk kerja di bali, namun nyatanya dia malah berada dalam kondisi yang sudah sangat menyakitkan, tidak punya uang, tidak punya makanan, dan tidak punya apa apa. Diah benar-benar takut meminta bantuan orang, karena dia takut kejadian buruk akan dialaminya lagi. dia hanya berusaha mengandalkan pemberian Tuhan, dan memakan apapun yang bisa dia dapatkan dalam perjalanan.

Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya dia memanjatkan doa pada Tuhan agar senantiasa memberinya keselamatan, dan juga rejeki untuk bertahan hidup.

Waktu sudah larut malam saat dia menginjakkan kakinya di pusat kota banyuwangi. rasa lelah dan ngantuk juga lapar memenuhi tubuhnya, dia putuskan untuk mencari tempat bermalam disekitar situ, kemudian dilihatnya adapos polisi di perempatan jalan raya yang pintunya terbuka, dia bergegas menuju kepos itu sambil mengucapkan harapannya agar pos itu kosong dan cukup nyaman digunakan sebagai tempat bermalam. Harapannya benar-benar terkabul, tempat itu kosong, dan ada 3 buah kursi plastik kecil juga koran yang ditinggalkan polisi yang berjaga disana hari itu.

ditatanya kursi kecil itu dan dia berusaha merebahkan tubuh lelahnya diatas kursi itu. namun ternyata sangat sulit tidur dengan posisi itu, lalu disingkirkannya kursi-kursi itu, dia akhirnya memilih tidur dilantai dengan beralaskan koran. dia bersyukur menemukan tempat itu, walau hanya seadanya namun cukup untuk terhindar dari rasa dingin malam, dan gangguan orang2 kurang ajar.

dicobanya untuk menutup mata, namun tidak juga mampu terpejam dan pikirannya mengembara kemana-mana, dia berpikir dan mengatur rencana untuk dapat pulang, tapi lagi2 rasa takutnya untuk menghadapi orang tuanya terus menganggu pikirannya. akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya seperti semua sebelum dia berangkat , dia harus tetap pergi ke bali, apapun yang terjadi. dia akan mencari pekerjaan di bali seperti rencananya semula. dia memikirkan bagaimana bisa ke bali, apa mungkin berjalan kaki, sedang bali harus menyeberang laut juga, bila dia naik kapal, dia tidak punya uang untuk membeli tiketnya.

otaknya dipaksa berpikir keras, bagaimana cara untuk bisa pergi ke bali dengan uang yang tak dipunyai sama sekali. dia terus berpikir hinggak terlelap dikalahkan rasa capeknya sendiri.

suasana disekelilingnya masih gelap gulita saat diah membuka matanya, dari kejauhan lamat-lamat terdengar suara adzan subuh memenuhi jagad pagi buta itu, diregangkannya tubuhnya untuk mengurangi rasa kaku dan pegal yang menyelimuti tubuhnya. suara adzan begitu menghanyutkan kalbunya, rasa sedih dan kangen juga senang bercampur menjadi satu, titik-titik air matanya jatuh membasagi kelopak matanya, dia berharap kejadian ini hanyalah mimpi buruk yang akan segera sirna seiring dengan mentari menampakkan sinarnya yang hangat, tapi akalnya mengatakan bahwa hal itu adalah kenyataan pahit yang harus dijalaninya.

disekanya air matanya yang masih menetes turun tak terbendung, dikuatkannya hatinya untuk menghentikan hujan air mata yang tengah melandanya. ditengadahkannya kedua tangannya mengharapkan kemurahan Tuhan untuk memberikan sedikit hal yang baik yang ingin di terimanya.

Hatinya begitu sakit, namun dia berusaha untuk tak menghiraukannya. yang ada diotaknya hanyalah segera pergi ke Bali, bagaimanapun caranya.

langkah-langkahnya sedikit dipercepat meninggalkan tempatnya bermalam. berharap todak ada orang yang melihatnya tidur di dalam pos polisi. dirapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan menggunakan jemarinya.

rasa lapar kembali menyerang perutnya, namun tak juga di hiraukannya, kakinya dipaksa untuk terus menyusuri jalan yang dia sendiri tidak tahu mengarah kemana, pandangannya terpecah pada sungai kecil mengalirkan air yang terlihat sejuk, dan dihirup baunya sendiri, dan secepat dia mampu dia segera menuju kesungai tersebut, agak jauh di dekat situ ada tempat yang agak tersembunyi, dia segera melucuti pakaiannya lalu membasuh mukanya sambil merendam tubuhnya kedalam air sungai yang agak sedikit berwarna coklat namun tak dihiraukannya.

air mata kembali jatuh, disaat dia membasuh tubuhnya, rasa sakit dan pedih kembali melanda hatinya, saat jemari Artha mulai menjamah tubuhnya, rasa sesal menyerang dengan hebatnya seakan tidak ingin pergi dari Diah.


2

pagi itu teriakan Bu Ajeng begitu keras hingga membuat heboh suasana Pasar ikan dimuncar, bukannya ingin membeli ikan, atau menjual ikan, tapi sibuk memarah-marahi seorang lelaki kerempeng yang tampak kelabakan sambil berlari menjauh sambil menutupi wajahnya dengan kaos yang belum juga sempat dipakainya.


0 komentar: